III. PERKEMBANGAN SP 6 AIR TENGGULANG
Setelah
angkatan demi angkatan terus berdatangan dan satu-persatu rumah serta
pekaranganpun telah terisi oleh penghuni barunya, penggarapan lahan pekarangan
mulai pula dilakukan. Sebagai kenangan yaitu pada saat ketika baru datang,
jalan menuju rumah yang jaraknya sekitar 25 meter saja rasanya sulit untuk
dilewati karena keadaan masih semak belukar dan berlubang-lubang ditambah lagi
dengan tumpukan kayu tebangan yang malang-melintang tidak karuan.
1. Terbentunya Kelompok Pengajian
“Yasinan”.
Sekitar
awal bulan September 2001 dengan dipimpin oleh M. Badri sebagai imam mesjid maka dibentuklah kelompok
pengajian/Yasinan. Kelompok ini baru meliputi warga yang berasal dari DKI dan pelaksanaannyapun
di pusatkan di mesjid pada setiap malam Jumat.
Ada
keyakinan apabila sebuah tempat atau desa sering dibacakan ayat-ayat suci Al
Qur’an maka desa tersebut Insya Allah akan senantiasa mendapat Berkah dan Ridho
dari Allah. Apalagi ketika kita mengucapkan Tahlil, Takhmid, Takhdim maupun
Istigfar terus diarahkan kepada diri sendiri, keluarga, Nabi dan para
Sahabatnya serta seluruh yang hidup maupun yang mati, di darat maupun di laut,
di bumi maupun di langit maka merupakan suatu kepastian kita telah berjamaah
dengan yang nyata maupun yang ghaib dalan beribadah kepada Allah. Kegiatan
ibadah ini pula dapat dijadikan benteng desa dari gangguan dari dalam maupun
dari luar, dari yang kelihatan maupun dari yang tak terlihat.
2.Terbentuknya
Pengurus Mesjid.
Mesjid
merupakan tempat dimana orang merasa bersalah dan berdosa, disini orang merasa
rendah dan lemah dihadapan Allah, dan hanya orang-orang yang sombong dan merasa
benar sendiri didalam hidupnya tentu akan malas mendatangi Rumah Allah ini,
selain itu mesjid juga sebagai pusat pendidikan untuk memperdalan ilmu Islam
dan tempat musyawarah
untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang
berkembang terutama masalah ibadah, akhlak dan keimanan.
Dari definisi di
atas maka sudah mestinya jamaah membentuk suatu majelis yang akan bertugas
sebagai pengurus mesjid. Pada tanggal 25 Oktober 2001 diadakan musyawarah guna
membentuk pengurus mesjid dan dari hasil musyawarah tersebut diputuskan Damiri sebagai ketua pengurus mejid dan M. Badri sebagai imam masjid yang pertama di SP 6 Air Tenggulang.
3. Terbentuknya nama Masjid.
4. Terbentuknya Sekolah Dasar.
Sore
itu Untung Irianto berdiri di atas
jembatan kuning yang menghubungkan blok B dan blok C melihat serombongan
anak-anak sedang berenang di sungai dan ada sebagian yang sedang memancing
ikan. Dari sini timbul inspirasi untuk mendirikan Sekolah Dasar, karena begitu
prihatin melihat anak-anak yang baru datang menhabiskan waktunya hanya dengan
bermain dan memancing ikan.
Bermodalkan
restu dari Pohan yang saat itu
sebagai petugas dari Transmigrasi, Untung
Irianto, Usman, Armarida dan Sriyati
mengumpulkan masyarakat untuk mendirikan Sekolah Dasar. Pada awalnya usulan Untung Irianto mendapat tantangan dari
warga yang kurang setuju, dengan alasan
guru yang akan mengajar (Untung
Irianto), Usman, Armarida dan
Sriyati) kemampuannya meragukan dan alasan lain bahwa makan saja masih
ditanggung oleh Pemerintah jadi bagaimana dapat membayar sekolah?
Alasan-alasan
warga diatas tidaklah membuat surut semangat Untung Irianto dan kawan-kawannya,
pada tanggal 1 Desember 2001 dimulailah pendaftaran murid baru. Hasilnya 92
orang anak dengan diantar oleh orang tuanya mendaftarkan diri untuk sekolah. Murid-murid belajar dibalai pertemuan di bagi
untuk kelas 1, 2, 3 dan 6 masuk pagi sedangkan untuk kelas 4 dan 5 masuk siang.
Siswa belajar mengunakan meja kecil yang dibuat
oleh orang
tuannya masing-masing dan duduk secara lesehan dilantai papan. Sekolah berjalan
tanpa biaya alias gratis, para guru mengajar secara suka rela selama 4 bulan.
Kapur tulis dan keperluan administrasi oleh Untung Irianto dicarikan dari
sumbangan yang antara lain dari petugas Transmigrasi, Kantor Camat (Jairin) dan Pjs. Kades (Hasim) dan donatur lain yang lupa namanya.
5. Terbentuknya Ketua RT, Keamanan dan Kelompok Tani.
Tahun
pertama kedatangan warga smigrasi SP 6 Air Tenggulang terasa masih sangat kental suasana kedaerahan. Sebagai
contoh yaitu warga yang berasal dari Jawa Timur hanya mau bergaul dan berkumpul
dengan warga dari daerah asalnya, demikian juga warga yang berasal dari Jawa
Tengah hanya mau berkumpul dengan warga yang seangkatannya. Kejadian tersebut dapat dilihat ketika ada kegiatan gotong royong
dalam membersihkan lokasi perumahan bagi warga Jawa Tengah maka yang diajak
hanya orang yang berasal dari Jawa tengah, demikian juga dengan
kelompok-kelompok lain, mereka hanya mengajak gotong-royong hanya kepada
kelompoknya saja padahal tempat tinggal teman yang satu rombongan ada yang
jaraknya 1 kilo meter namun tetap membantu dan diajak royongan, sedangkan
tetangga yang berada di sisi kiri-kanan rumahnya tidak diikut sertakan untuk
gotong royong, yang lebih mengherankan ketika seseorang sedang mengadakan
selamatan (kenduri) yang diundang mereka-mereka yang seangkatan saja walaupun
jarak yang diundang lebih dari 500 meter, sedangkan tetangga yang berada
disekitar rumah, berhubung tidak berasal dari daerah yang sama maka tidak
diundang. Jalan-jalan dan parit di depan rumah warga masih kacau keadaannya dan
ketika ada permasalahan antar warga, belum ada orang yang berani menengahi. Keadaan terasa asing karena
belum saling mengenal sehingga suasana kotak-kotak antar warga terasa kental
sekali.
Dari
kejadian seperti itu, Untung Irianto
berinisiatif membentuk Ketua Rukun Tetangga, Keamanan, dan Ketua kelompok Tani.
Niat itu disambut baik oleh teman-teman selingkungan baik yang dari Jawa Tengah
mapun dari Jawa Timur.
Jam
16.00 WIB (jam 4 sore), hari Sabtu, tanggal 2 Februari 2002 bertempat di
kediaman Untung Irianto (blok C) diadakan musyawarah pembentukan Ketua RT,
Keamanan dan Ketua Kelompok tani pertama di SP 6 Air Tenggulang. Terpilih dari
hasil musyawarah, Sukimin sebagai
Ketua RT Samsi sebagai Ketua
kelompok Tani dan Kasidi sebagai
keamanan, mereka mengurusi 30 kepala keluarga.
Dengan
terbentuknya pengurus lingkungan, ketertibanpun berjalan karena mulai diadakan
kebersihan lingkungan secara bergiliran dengan tidak memandang daerah asal
lagi. Jalan dan parit mulai dikerjakan secara gotong royong, jembatan yang
tidak terdapat di ujung lorongpun dikerjakan oleh warga secara gotong royong.
Kehidupan berjalan normal layaknya desa yang sudah jadi, kerukunan, senda gurau
dan bertukar pengalaman menjadi kegiatan sehari-hari yang menimbulkan rasa
betah serta nyaman dengan hubungan saling silatur rahmi antar tetangga
disekitar.
6. Terbentuknya Kelompok Pengajian Yasinan Bergiliran.
Tanggal 14 Februari 2002, hari
Kamis, di kediaman Untung Irianto
dibentuklah kelompok Pengajian Yasinan bergiliran yang pertama. Maksud dari
pembentukan kelompok pengajian ini adalah selain beribadah
juga untuk mempermudah melaksakan program kegiatan lingkungan.
Seperti
sama-sama telah diketahui bahwa SP 6 Air Tenggulang, sebelumnya adalah berupa
hutan yang dijadikan pemukiman, Namanya hutan tentu bukanlah tempat manusia,
melainkan tempat segala mahluk selain manusia. Berhubung hak mereka diarampas
oleh manusia, jika mahluk itu terlihat maka kita sebagai khalifah masih dapat
mengusir dengan senjata yang terlihat pula, akan tetapi perlu disadari bahwa
mahluk ciptaan Allah itu bukan hanya yang terlihat saja, tentu ada juga yang
tidak terlihat (ghaib). Mengantisipasi ganguan dari yang tidak terlihat maka
dari sinilah Untung Irianto
berinisiatif membentuk kelompok Pengajian Yasinan
Keliling agar setiap malam Jumat diadakan Pengjian secara bergiliran di
rumah warga. Dengungan Al Qur’an bergema disertai Tahlil, Takhmid, Takhdim dan
Istigfar serta do’a mohon perlindungan dari Yang Maha Perkasa membuat suasana
sejuk, tenang, rukun dan damai.
7.
Terbentunya P3N.
Masih dalam
bulan Februari 2002, hanya tanggalnya terlupakan, Ka. UPT Sp 6 Air Tnggulang,
Lukman Efendi, mengumpulkan warga dibalai pertemuan guna membentuk P3N.
Dari hasil
musyawarah, terpilihlah Adnan NR
sebagai P3N pertama kalinya, sedangkan Samin
sebagai wakil P3N.